Dimas Lukito Wardhana, Juara Asia Muaythai Disambut Gerobak Rakitan Warga

PUNGGAWASPORT, JAWA TIMUR —  Kontras mencolok terjadi dalam dunia olahraga Indonesia. Di satu sisi, Timnas U-23 mendapat hadiah jam tangan mewah Rolex dari Presiden Prabowo Subianto. Di sisi lain, juara Asia cabang Muaythai hanya disambut gerobak rakitan warga.

Dimas Lukito Wardhana, atlet Muaythai berusia 23 tahun asal Probolinggo, Jawa Timur, baru saja meraih emas di Muaythai Asian Championship 2025 di Vietnam. Prestasi gemilang ini ditorehkan setelah mengalahkan atlet tuan rumah di partai final.

Namun, sepulangnya ke kampung halaman di Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Dimas tidak mendapat sambutan resmi dari pemerintah. Tidak ada spanduk ucapan selamat dari pemda. Tidak ada penghargaan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Apalagi jam mewah dari Presiden.

Yang ada hanya gerobak rakitan warga yang ditarik motor. Dimas diarak keliling kampung sambil membawa bendera merah putih. Warga berbondong-bondong menyambutnya dengan antusias.

Video penyambutan sederhana ini viral di media sosial. Dalam rekaman 44 detik tersebut, seseorang bahkan berkata, “Yo opo arak-arakan dewe iki…” seolah menertawakan ironi yang terjadi.

“Sangat bangga sekali. Tidak nyangka anak saya bisa meraih medali dan juara di cabang Muaythai tingkat Asia,” ujar Bani Syarifuddin, ayah Dimas, kepada Jawa Pos.

Pria itu menjelaskan, arak-arakan menggunakan gerobak murni inisiatif keluarga sebagai bentuk kebanggaan. “Dulu pas PON 2024 tidak ada penyambutan apa-apa, jadi sekarang kami buat meriah sendiri. Gerobaknya juga rakitan sendiri,” katanya.

Prestasi Dimas sebenarnya tidak main-main. Selain emas Asia, di PON 2024 ia juga menyumbang emas dan perak untuk kontingen Jawa Timur. Namun, capaian tersebut tidak cukup memberinya penyambutan layak.

Saat ini, Dimas tengah berada di Malang mendampingi atlet junior di Pekan Olahraga Provinsi IX Jatim. Potret ketimpangan perlakuan terhadap atlet dari berbagai cabang olahraga kembali menjadi sorotan publik.

Pertanyaan pun menggelayut: jika atlet sepak bola bisa mendapat jam tangan mahal, mengapa atlet lain yang berjuang di kancah Asia hanya mendapat pelukan dari rakyat biasa? Hingga hari ini, belum ada jawaban mengapa cabang olahraga prestasi lainnya diperlakukan berbeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *