Pasangan Fajar-Fikri Dedikasikan Juara China Open untuk Almarhum Iie Sumirat

PUNGGAWASPORT, Changzhou, China – Ganda Putra Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri berhasil merebut mahkota juara BWF World Tour Super 1000 China Open 2025 yang digelar di Olympic Sports Center Gymnasium, Changzhou, pada hari Minggu. Kemenangan bersejarah ini secara khusus mereka dedikasikan untuk mengenang jasa almarhum Iie Sumirat, tokoh legendaris bulu tangkis Indonesia yang wafat pada Selasa (22/7) lalu.

Dalam pernyataan resmi yang dirilis Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) di Jakarta, Minggu, Fajar mengungkapkan bahwa gelar bergengsi tersebut dipersembahkan untuk legenda bulu tangkis asal Bandung yang juga merupakan kota kelahiran kedua pemain tersebut.

“Trofi ini kami khususkan untuk menghormati sosok legenda bulu tangkis Indonesia dari Bandung, tempat kami berdua dilahirkan, yang baru saja menghadap sang Khalik pekan ini, yaitu Kang Iie Sumirat,” ungkap Fajar.

Lebih lanjut, pemain berusia 28 tahun itu menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan penuh selama perjalanan mereka di ajang bergengsi tersebut.

“Prestasi ini kami bakti untuk bangsa Indonesia, untuk keluarga besar PBSI, serta para pembimbing yang telah mendidik kami dengan penuh dedikasi dan kesabaran, termasuk seluruh suporter yang tak pernah lelah memberikan semangat,” terang Fajar.

Duo Fajar/Fikri berhasil mengunci gelar juara setelah mengalahkan pasangan unggulan kedua dari Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, dengan straight set 21-15, 21-14 dalam laga final yang berlangsung selama 35 menit.

“Alhamdulillah, sangat bersyukur dapat menuntaskan dua turnamen ini dengan capaian yang memuaskan. Sejujurnya kami juga berharap bisa berprestasi di Jepang pekan lalu, namun Allah SWT memiliki skenario yang berbeda dan memberikan berkah kemenangan di ajang ini,” kata Fajar.

Momen kemenangan ditutup dengan perayaan unik saat Fajar/Fikri meraih poin terakhir dari kesalahan lawan yang tidak mampu mengembalikan shuttlecock. Keduanya kemudian merayakannya dengan gerakan tarian “aura farming” yang tengah viral di platform media sosial sebagai ekspresi kegembiraan dan solidaritas tim.

Dari aspek strategi permainan, Fajar menjelaskan bahwa kunci sukses mereka terletak pada konsistensi pendekatan taktis yang diterapkan mulai dari babak awal hingga partai puncak.

“Kami tidak melakukan perubahan signifikan terhadap skema permainan dari ronde pertama hingga final. Rahasianya adalah bermain dengan perhitungan matang dan menguasai area depan lapangan. Mengingat kondisi venue yang berangin dan kecepatan shuttlecock yang tinggi, penguasaan bola di area net menjadi krusial, dan kami berdua yang memiliki karakter playmaker mampu mengatasinya dengan optimal,” papar Fajar.

Di sisi lain, Fikri mengakui bahwa pencapaian ini melampaui ekspektasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam baginya.

“Kunci kesuksesan kami tentu saja kepercayaan diri terhadap kemampuan masing-masing, koordinasi yang solid dengan mas Fajar dan tim pelatih. Saya benar-benar tidak menduga bisa meraih juara, sampai bingung harus mengungkapkan perasaan seperti apa,” tutur Fikri.

Gelar di Changzhou ini menjadi prestasi paling bergengsi yang diraih kontingen Indonesia sepanjang perjalanan musim 2025.

Yang menarik, Fajar/Fikri merupakan pasangan darurat yang dibentuk khusus untuk dua turnamen terakhir, setelah partner reguler mereka masing-masing, Muhammad Rian Ardianto dan Daniel Marthin, berhalangan hadir.

“Mudah-mudahan pencapaian ini dapat meningkatkan rasa percaya diri kami untuk kompetisi-kompetisi mendatang,” harap Fajar.

Tuan rumah China mendominasi turnamen berhadiah total 2 juta dolar AS (setara Rp32,7 miliar) ini dengan meraih empat dari lima gelar yang diperebutkan, meliputi nomor tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *