PUNGGAWASPORT, Pep Guardiola bukan sekadar pelatih biasa. Sosok asal Katalonia ini telah mengubah wajah sepakbola modern dengan filosofi permainannya yang revolusioner.
Karier sepakbola memang tak berlangsung selamanya. Rata-rata pesepakbola hanya menjalani profesi ini selama 15-20 tahun. Setelah gantung sepatu, mereka mencari jalan baru: ada yang berbisnis, menjadi komentator, agen pemain, pemilik klub, atau memilih profesi yang paling menantang—pelatih.
Menjadi pelatih bukanlah profesi yang mudah. Selain harus cerdas meracik strategi dan taktik, seorang pelatih dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan, motivasi, dan bimbingan. Bagi yang merangkap sebagai manajer, tantangannya bertambah: mengatur transfer pemain, menjaga reputasi klub, hingga memilih staf kepelatihan yang tepat.
Meski kompleks, banyak mantan pemain yang memilih jalur ini untuk melanjutkan karier di dunia sepakbola. Beberapa nama sukses pun bermunculan. Italia melahirkan Carlo Ancelotti dan Antonio Conte. Inggris masih mencari sosok ideal, sementara Spanyol memiliki Pep Guardiola sebagai representasi terbaik mereka.
Guardiola membuktikan bahwa transisi dari pemain menjadi pelatih bisa sangat sukses. Pria kelahiran Santpedor ini menjadi rujukan bagi pelatih-pelatih muda dalam menyajikan sepakbola yang memukau. Filosofinya bahkan mengubah paradigma sepakbola secara fundamental, hingga muncul sindiran bahwa Guardiola telah “membunuh” esensi sepakbola karena banyaknya peniru gaya permainannya.
Identitas Guardiola sangat khas dan konsisten di mana pun dia melatih. Taktiknya selalu berpusat pada penguasaan bola melalui umpan-umpan pendek dengan pergerakan pemain yang fluid. Garis pertahanan tinggi dan pressing agresif menjadi senjata andalannya untuk mengeksploitasi ruang kosong lawan. Formula ini terbukti ampuh di berbagai kompetisi: LaLiga, Bundesliga, Premier League, hingga panggung Eropa.
Tak mengherankan jika banyak pelatih—baik kawan maupun lawan—berusaha meniru gaya permainannya. Guardiola juga pernah berinteraksi dengan berbagai tokoh besar sepakbola Eropa, dan beberapa di antaranya kini meraih kesuksesan dengan tim yang mereka latih.
Arteta: Murid yang Menjadi Guru
Mikel Arteta bergabung dengan Manchester City pada 2016 sebagai asisten Guardiola selama tiga setengah tahun. Di Etihad Stadium, mantan gelandang Everton ini menjadi tangan kanan yang sangat berharga dan berkontribusi dalam kesuksesan The Citizens. Dari Guardiola, Arteta mempelajari strategi, taktik, dan mentalitas juara.
Pertengahan musim 2019-2020, Arsenal mempercayakan tongkat komando kepada Arteta, menggantikan Unai Emery. Meski awal masa jabatannya penuh tantangan, Arteta perlahan berhasil membangun Arsenal dengan mengandalkan pemain-pemain muda.
Selama bertugas di Emirates Stadium, dia berhasil mempersembahkan trofi FA Cup dan menjadikan Arsenal sebagai kontestan serius di setiap musim. Kini, The Gunners tampil lebih ambisius di bawah asuhan Arteta, dibuktikan dengan datangnya berbagai pemain bintang ke London Utara.
Guardiola memang bukan hanya pelatih—dia adalah sang guru yang melahirkan generasi baru taktisi sepakbola modern.